Api di Dalam Qolbu

Bentuk Kasih Sayang Sesungguhnya

 

***

Rasa sayang seorang keluarga itu memang benar-benar lebih jika kita pahami dan pikirkan. Misal kalian perhatiin dan pahamin siapa sih sosok nenek dan kakek, mereka adalah orang tua dari bapak dan ibu kita; yang dituakan di keluarga kita; di mintain saran dan pesan dan lain sebagainya. Aku mau cerita sedikit tentang welas asih seorang anggota keluarga.

 

Siang tadi ketika sedang ngotak-ngatik kata dan makna; bolak-balik di laman-laman buku; mondar-mandir di beranda WhatsApp. Ketika itu jam 9 pagi. Belum juga mandi; sarapan dan minum kopi. Aku disuruh untuk mengantarkan sebuah bingkisan ke rumah sodara yang sekitar 10 Km jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Sebelum berangkat kata ibuku untuk sarapan terlebih dahulu. tetapi karena memang jamnya bukan idealnya untuk sarapan, pikirku nanti saja sekalian makan siang. Dan ketika itu juga orang tua dari ibuku menyambangi rumahku. Sebenarnya bukan rumahku, tetapi rumah ibu bapaku. Alu hanya ikut menumpang hidup di mereka.

 

"Ini buatmu, tadi nenek dapat kirimanan. Bagi'-bagi dengan saudaramu yang lain"

 

Misal kita pikir di umur yang telah menginjak 20 tahun keatas. Memang sudah bukan lagi meminta dan mengharapkan pemberian dari keluarga. Karena umur segitu sudah layak untuk mencari kerja. Bahkan misal mundur kebelakang, sebetulnya untuk berkerja itu buka soal usia. tetapi soal mental dan mau berusaha. Makanya banyak juga yang di bawah unur sudah menjadi pekerja, sebetulnya itu merupakan tamparan bagi kita yang sudah siap secara usia. Nah mungkin orang-orang yang usianya 20 tahun ini sebetulnya sudah siap berkerja. Bahkan usia segitu termasuk  produktif untuk mencari penghasilan, namun kemarena mental dan niat usahanya masih kurang. Kebanyakan mereka terbawa arus, jadi pengangguran.

 

Aku sering berpikir dua kali ketika di beri jajan dan lain sebagainya oleh orang yang lebih tua dariku. Aku merasa masa kanak-kanaku sudah habis, waktunya bukan lagi meminta tetapi waktunya mengganti dan memberi. Benar jasa para orang tua tidak bisa di beli, tetapi setidaknya kita mampu memberikan apa yang sedang dibutuhkan.

 

Sekitar jam 10 siang aku bergegas menuju rumah sodaraku mengantarkan bingkisan. Dalam perjalanan aku berpikir bahwa kasih sayang orang tua itu sepanjang masa; mau tua atau muda. Yang namanya orang tua pasti ngasih lebih dan lebih ke anak-anaknya. Sebab menuruku yang mereka berikan itu semata-mata bentuk suapan makanan dahulu ketika kita masih  kecil; gendongan ketika masih kecil. Mereka masih menganggap bahwa kita ini bayi yang masih harus di temani; di tuntun berjalan; dan di ajari makan dengan tangan kanan. Makanya aku sangat setuju dengan pernyataan bahwa "Kasih orang tua itu sepanjang masa".

Sekitar 30 menitan dari rumahku. Akhir aku sampai kerumah sodara. Aku di situ langsung memberikan bingkisan satu keresek plastik. Ketika itu juga sodaraku ini ngasih bingkisan yang lebih dari apa yang aku bawa. Misal kita pahami, sebetulnya memang kasih dan didikan orang tualah yang mengajarkan untuk kita bersikap lebib kepada sanak keluarga. Coba pikirkan, kita pasti pernah kerumah entah itu sodara ataupun teman. Dan saat itu kita ngasih beberapa buah tangan. Misal kita menyadari bahwa apa yang kita beri ini bakalan balik lagi, entah itu dalam bentuk yang lain tak seperti kita bawa. Dan coba pahami bahwa mereka memberi itu membalas kasih yang telah kita bawa; mempraktekan ajaran-ajaran kebaikan yang di dapat dari orang tua.

Di perjalanan pulang, aku masih berpikir. Seakan-akan kasih sayang orang tua itu menjalar berakar ke nalar. Tidak akan habis dimakan zaman. Kasih sayangnya akan terus tumbuh dan berkembang memunculkan kasih sayang yang baru; ajaran yang baru. Kita sebagai orang muda harus menerapkan hal kebajikan-kebajikan itu. Sebab kebajikan perlu kita lakukan. Toh kata pemikir ulung Buya Sakur, yang aku pahami bahwa. "Kita hidup itu tujuannya hanya untuk menyenangkan Tuhan, selebihnya berupa hasil bahagia itu hanya hadiah; pemberian bentuk welas asih_Nya"

***

Snt_Suan / Syair_Malam (Suanto)

Indramayu, 15 Februari 2021

Comments